Malang, AIANews.id – Ketua AGI (Asosiasi Gula Indonesia) Budi Hidayat menyampaikan pokok-pokok rumusan National Sugar Summit (NSS) VII 2024 di PG Kebonagung, Kabupaten Malang, Kamis 05 Desember 2024.
“Selanjutnya hasil rumusan ini setelah disempurnakan akan kami sampaikan kepada Pemerintah sebagai masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang terkait pergulaan nasional di masa yang akan dating,” kata Ketua AGI Budi Hidayat sebelum menutup kegiatan NSS VII 2024.
Kesepuluh rumusan NSS VII 2024 itu, pertama, arah kebijakan dan strategi industri gula ke depan sesuai Perpres 40/2023 dan Roadmap Merauke dalam rangka swasembada gula tahun 2030, dilakukan dengan menyiapkan peraturan pemerintah dalam menyiapkan lahan baru seluas 700.000 ha, meningkatkan peran riset, menyiapkan SDM yang kompeten, menyelenggarakan budidaya tebu, revitalisasi pabrik gula eksisting, dan membangun pabrik gula dan pabrik ethanol baru untuk antisipasi perluasan areal.
Kedua, upaya peningkatkan daya saing industri gula dilakukan dengan upaya peningkatan produktivitas tebu melalui implementasi penggunaan varietas unggul, pemberian pupuk yang tepat jenis, penggunaaan teknologi budidaya yang tepat, dan efisiensi proses di pabrik gula.
Ketiga, peran kualitas tebu terhadap rendemen sebesar 87%. Peran varietas sangat besar, namun upaya pengembangan varietas pada saat ini dirasakan masih lambat. Hal ini menjadi tantangan tanggungjawab kita bersama untuk dapat merealisasikan perakitan varietas unggul dan pelestarian plasma Nuftah.
Keempat, kebijakan Pengendalian Harga Gula dilakukan dengan perlindungan kepada produsen melalui Harga Penjualan Produsen sebagai harga minimal yang diterima produsen dan harga eceran tertinggi sebgai perlindungan pada konsumen, serta pengendalian jumlah dan waktu impor gula untuk konsumsi.
Kelima, industri gula menuju ekonomi hijau menjadi tujuan jangka panjang sampai tahun 2045, bahkan upaya pencapaian Net Zero Emission (NZE) selambatnya pada tahun 2060, yang salah satunya melalui penggunaan energi baru dan terbarukan, termasuk yang bersumber dari tanaman tebu.
Keenam, pengembangan kemitraan harus melibatkan petani tebu yang tergabung dalam kelompok tani, pabrik gula, lembaga ekonomi petani (koperasi), lembaga profesi petani (asosiasi), perbankan, dan pemerintah, agar proses produksi gula berjalan lancar dan efisien.
Ketujuh, industri pangan terus tumbuh sesuai pertumbuhan permintaan ditunjang oleh pertumbuhan penduduk serta peningkatan PDB per kapita. Trend ke depan, ada perubahan pola konsumsi gula terkait dengan kesadaran pola hidup sehat, namun permintaan tetap tumbuh karena adanya inovasi variasi produk sesuai permintaan konsumen.
Kedelapan, pengaruh perubahan iklim akan berpengaruh signifikan pada produksi gula, sehingga prediksi iklim, antisipasi, dan sosialisasi kepada stakeholders sangat penting.
Kesembilan, prediksi hujan hulanan Desember 2024 – Mei 2025 menunjukkan curah hujan berada pada kisaran Menengah – Sangat Tinggi pada Desember 2024-Februari 2025, sehingga perlu diantisipasi surplus ketersediaan air melalui perbaikan drainase.
Kesepuluh, tantangan Green Industry Service Company (GISCO), adalah kesadaran lingkungan yang tinggi dan ketersediaan teknologi yang sesuai. Hal yang diperlukan adalah dukungan kelembagaanyang kridibel, adaptif, kompeten, dan melakukan aliensi strategis dengan penyediaan pembiayaan dan teknologi hijau yang ramah lingkungan. (alm)

 
													



